Artikel

Belajar Literasi Digital: Mengenali dan Menghentikan Penyebaran Hoaks

Di era digital seperti sekarang, informasi dapat dengan mudah kita akses hanya melalui layar gawai. Sayangnya, tidak semua informasi yang tersebar di media sosial adalah benar. Salah satu tantangan terbesar adalah hoaks — berita atau klaim palsu yang sengaja disebarkan untuk menipu, menyesatkan, atau memprovokasi.

Hoaks bisa berbentuk teks, gambar, video, bahkan kombinasi dari semuanya. Motifnya pun beragam: mencari keuntungan ekonomi lewat trafik tinggi, menyebarkan ideologi, mencari sensasi, hiburan, hingga sekadar akibat rendahnya literasi digital.

Mengapa Hoaks Berbahaya?

Dampak hoaks tidak bisa dianggap sepele. Hoaks dapat menimbulkan: Kerugian finansial (penipuan online). Kerusakan hubungan sosial karena perpecahan akibat informasi palsu. Gangguan kesehatan mental dan fisik karena rasa takut, panik, atau stres. Manipulasi opini publik yang bisa merusak reputasi individu maupun institusi. Bahkan, dalam kasus tertentu, hoaks dapat menyebabkan konflik besar hingga hilangnya nyawa.

Tiga Langkah Menghadapi Hoaks

Agar tidak ikut terjerumus dalam penyebaran informasi palsu, ada baiknya kita melakukan langkah-langkah berikut:

  1. Tidak mudah terprovokasi
    Baca judul dan isi informasi dengan teliti. Hindari reaksi emosional yang membuat kita cepat membagikan berita tanpa berpikir.

  2. Periksa kebenarannya
    Cari sumber informasi yang valid, misalnya dari portal berita resmi, situs pemerintah, atau lembaga kredibel. Bisa juga berdiskusi dengan orang terdekat untuk memastikan kebenaran informasi.

  3. Jangan sebarkan kembali
    Jika sudah terbukti palsu, hentikan penyebarannya. Dengan begitu, kita membantu memutus rantai hoaks yang bisa merugikan banyak orang.

Contoh Hoaks 2025

Salah satu contoh yang sempat ramai di media sosial adalah klaim bahwa NASA memperingatkan adanya “Kiamat Internet” pada tahun 2025 akibat badai matahari. Faktanya, menurut penelusuran cekfakta.tempo.co, informasi ini tidak benar. NASA memang mengembangkan sistem AI untuk memprediksi bahaya cuaca antariksa, tetapi tidak pernah mengeluarkan pernyataan tentang kiamat internet.

Menjadi Generasi Cerdas Digital

Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga bagaimana bersikap bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi. Dengan membiasakan diri untuk kritis, teliti, dan bertanggung jawab, kita bisa menjadi generasi yang cerdas digital serta turut menjaga ekosistem informasi tetap sehat.

Kredit By Hadith dan Fikar

Leave a Reply